Minggu, 13 Juli 2008

UNG Bangun Galery Budaya


Jadikan Gorontalo sebagai Pusat Kajian Budaya Melayu

GORONTALO (TRIBUN) – Gedung Budaya UNG yang sudah disulap menjadi Galeri Budaya yang menyimpan benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah Gorontalo dari abad ke abad ternyata terus mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Bahkan, tamu-tamu yang berasal dari luar negeri pun terkesima dengan benda-benda bersejarah yang dipamerkan tersebut. Jelas saja hal ini mengudang kekaguman dari berbagai kalangan.
Novi Ar-Rafi Mahmud, mahasiswa Gorontalo yang saat ini sedang menimbah ilmu di Jogjakarta misalnya. “Saya bangga, UNG punya perhatian terhadap dokumen-dokumen bersejarah yang ada di Gorontalo. Saya pikir, ini merupakan sebuah upaya positif dalam menyelamatkan dokumen tersebut dari kepunahan,” ungkap Muhajirin ketika bertandang ke Galeri Budaya UNG beberapa waktu lalu.
Hal senada juga ditegaskan oleh Muhajrin. Muhajrin yang juga seorang pemerhati budaya ini mengatakan bahwa langkah yang ditempuh oleh UNG seharusnya menjadi tolok ukur bagi pemerintah untuk bagaimana melestarikan khasanah budaya Gorontalo. Bahkan, Muhajrin menyarankan, bahwa sudah saatnya Gorontalo memiliki museum tersendiri. “Saatnya Gorontalo bangun museum,” tegasnya.
Rektor UNG, Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd mengatakan bahwa langkah yang ditempuh pihaknya dalam mendirikan Galery Budaya selain untuk melestarikan dokumen bersejarah, juga untuk mewujudkan Gorontalo sebagai Pusat Kajian Budaya Melayu di Kawasan Indonesia Timur. “Di Indonesia, keberadaan pusat kajian budaya Melayu baru terdapat di Riau dan Jogjakarta. Nah, Gorontalo merupakan daerah ketiga,” ungkap Nelson Pomalingo.
Nelson juga menandaskan bahwa dengan dibangunnya Galery Budaya tersebut, maka tidak menutup kemungkinan Gorontalo akan menjadi tujuan utama wisata budaya oleh bangsa-bangsa yang serumpun dalam hal ini bangsa Melayu dalam mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan budaya Melayu. “Memang dokumen budaya Gorontalo yang kita tonjolkan pada galery budaya tersebut, akan tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan terdapat benda-benda bersejarah milik bangsa Melayu,” tegas Nelson. (TR-04)

Tidak ada komentar: